I Indikator • Membaca Al Qur’an surat Nahl 63-66 surat Nahl 67-70 dan Al Waqiyah 58-74 dengan tartil dan fasih. • Menterjemahkan arti mufrodat Al Qur’an surat Nahl 63-66, surat Nahl 67-70 dan Al Waqiyah 58-74 dengan benar. • Menguraikan tafsir surat Nahl 63-66, surat Nahl 67-70 dan Al Waqiyah 58-74 dengan pemahaman yang benar.
Bacaan Surat An Nisa Ayat 59 Arti Perkata Mufrodat Surat An Nisa Ayat 59 Terjemahan Surat An Nisa Ayat 59 Isi Kandungan Surat An Nisa Ayat 59 Tafsir Surat An Nisa Ayat 59 Asbabun Nuzul Surat An Nisa Ayat 59 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا Arti Perkata Mufrodat Surat An Nisa Ayat 59 maka kembalikanlah iaفَرُدُّوْهُtaatilah Allahاَطِيْعُوا اللّٰهَlebih baik/utamaخَيْرٌdan taatilah Rasul Muhammad,وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَdan sebaik-baikوَّاَحْسَنُdan Ulil Amri pemegang kekuasaanوَاُولِى الْاَمْرِkesudahan/akibatnyaتَأْوِيْلًاkamu berselisihتَنَازَعْتُمْ Terjemahan Surat An Nisa Ayat 59 Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul Muhammad, dan Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Al-Qur’an dan Rasul sunnahnya, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. Isi Kandungan Surat An Nisa Ayat 59 Isi Kandungan dari Surat An Nisa Ayat 59 yaitu Setiap umat muslim taat dan patuh kepada Allah swt, Rasul dan Ulil Ulil Amri dalam ayat ini bersifat mutlak apabila selama Ulil Amri tidak memerintahkan kepada yang dilarangkan oleh Allah yang terbaik menyelesaikan perselisihan dalam suatu urusan maka harus kembali kepada Allah dan Rasul harus menerima pemerintahan Islam dan mendukung para pimpinannya yang adil. Tafsir Surat An Nisa Ayat 59 Pada ayat ini Allah memerintahkan supaya kaum muslimin taat dan patuh kepada Nya, kepada rasul Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka untuk dapat terciptanya kemaslahatan umum. Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, hendaklah kaum muslimin Taat dan patuh kepada perintah Allah dengan mengamalkan isi Kitab suci Alquran, melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan Nya, sekalipun dirasa berat, tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak pribadi. karena apa yang diperintahkan Allah itu mengandung maslahat dan apa yang di larang Nya mengandung ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah saw pembawa amanat dari Allah SWT untuk dilaksanakan oleh segenap hamba Nya. Beliau ditugaskan untuk menjelaskan kepada manusia isi kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil `amri yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka. Orang-orang yang memegang kekuasaan itu meliputi pemerintah, penguasa, alim ulama dan pemimpin-pemimpin. Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka kaum muslimin berkewajiban melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan mereka tidak bertentangan dengan isi Kitab Alquran. Kalau tidak demikian halnya, maka kita tidak wajib melaksanakannya, bahkan wajib menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang itu taat dan patuh kepada sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat atasnya, maka wajib dikembalikan kepada Quran dan hadis. Kalau tidak terdapat di dalamnya haruslah disesuaikan dengan dikiaskan kepada hal-hal yang ada persamaan dan persesuaiannya di dalam Alquran dan Sunah Rasulullah saw. Tentunya yang dapat melakukan qias seperti yang dimaksud di atas ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan, mengetahui dan memahami isi Alquran dan Sunah Rasul. Asbabun Nuzul Surat An Nisa Ayat 59 Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan perkataan Ibnu Abbas. Bahwa asbabun nuzul Surat An Nisa ayat 59 ini berkenaan dengan Abdullah bin Hudzafah bin Qais, ketika ia diutus oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk memimpin suatu pasukan khusus. Abdullah memerintahkan pasukannya mengumpulkan kayu bakar dan membakarnya. Saat api sudah menyala, ia menyuruh pasukannya untuk memasuki api itu. Lalu salah seorang pasukannya menjawab, “Sesungguhnya jalan keluar dari api ini hanya Rasulullah. Jangan tergesa-gesa sebelum menemui Rasulullah. Jika Rasulullah memerintahkan kepada kalian untuk memasuki api itu, maka masukilah.” Kemudian mereka menghadap Rasulullah dan menceritakan hal itu. Rasulullah melarang memasuki api itu dan menegaskan bahwa ketaatan hanya dalam kebaikan. Related postsSurat Luqman Ayat 15, Bacaan, Arti Perkata Mufrodat, Terjemahan, Kandungan, Tafsir dan Asbabun NuzulSurat Luqman Ayat 14, Bacaan, Arti Perkata Mufrodat, Terjemahan, Kandungan dan TafsirSurat Luqman Ayat 13, Bacaan, Arti Perkata Mufrodat, Terjemahan, Kandungan dan TafsirSurat Luqman Ayat 12, Bacaan, Arti Perkata Mufrodat, Terjemahan, Kandungan dan TafsirSurat Ar Rum Ayat 54, Bacaan, Arti Perkata Mufrodat, Terjemahan, Kandungan dan TafsirSurat Ar Rum Ayat 39, Bacaan, Arti Perkata Mufrodat, Terjemahan, Kandungan dan Tafsir
penerbitalquranDesember 16, 2021 Artikel. Penerbit alquran – Bahagia Menurut Al Quran Dan Cara Mendapatkannya; Di dalam Al Quran banyak disebutkan oleh Allah mengenai kebahagiaan dalam kehidupan manusia. Allah Yang Maha Tahu dan Maha Adil, mengetahui bahwa manusia adalah makhluk pencari kebahagiaan dan kepuasan untuk dirinya.
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا Yaaa aiyuhal lazeena aamanooo atee’ul laaha wa atee’ur Rasoola wa ulil amri minkum fa in tanaaza’tum fee shai’in faruddoohu ilal laahi war Rasooli in kuntum tu’minoona billaahi wal yawmil Aakhir; zaalika khairunw wa ahsanu ta’weelaa section 8 English Translation Here you can read various translations of verse 59 O you who have believed, obey Allah and obey the Messenger and those in authority among you. And if you disagree over anything, refer it to Allah and the Messenger, if you should believe in Allah and the Last Day. That is the best [way] and best in result. Yusuf AliO ye who believe! Obey Allah, and obey the Messenger, and those charged with authority among you. If ye differ in anything among yourselves, refer it to Allah and His Messenger, if ye do believe in Allah and the Last Day That is best, and most suitable for final determination. Abul Ala MaududiBelievers! Obey Allah and obey the Messenger, and those from among you who are invested with authority; and then if you were to dispute among yourselves about anything refer it to Allah and the Messenger if you indeed believe in Allah and the Last Day; that is better and more commendable in the end. Muhsin KhanO you who believe! Obey Allah and obey the Messenger Muhammad SAW, and those of you Muslims who are in authority. And if you differ in anything amongst yourselves, refer it to Allah and His Messenger SAW, if you believe in Allah and in the Last Day. That is better and more suitable for final determination. PickthallO ye who believe! Obey Allah, and obey the messenger and those of you who are in authority; and if ye have a dispute concerning any matter, refer it to Allah and the messenger if ye are in truth believers in Allah and the Last Day. That is better and more seemly in the end. Dr. GhaliO you who have believed, obey Allah and obey the Messenger, and the ones endowed with the command those in authority among you. So in case you contend together about anything, then refer it to Allah and the Messenger, in case you believe in Allah and the Last Day; that is most charitable most beneficial and fairest in interpretation. Abdul HaleemYou who believe, obey God and the Messenger, and those in authority among you. If you are in dispute over any matter, refer it to God and the Messenger, if you truly believe in God and the Last Day that is better and fairer in the end. Muhammad Junagarhiاے ایمان والو! فرمانبرداری کرو اللہ تعالیٰ کی اور فرمانبرداری کرو رسول صلی اللہ علیہ وسلم کی اور تم میں سے اختیار والوں کی۔ پھر اگر کسی چیز میں اختلاف کرو تو اسے لوٹاؤ، اللہ تعالیٰ کی طرف اور رسول کی طرف، اگر تمہیں اللہ تعالیٰ پر اور قیامت کے دن پر ایمان ہے۔ یہ بہت بہتر ہے اور باعتبار انجام کے بہت اچھا ہے۔ Quran 4 Verse 59 Explanation For those looking for commentary to help with the understanding of Surah An-Nisa ayat 59, we’ve provided two Tafseer works below. The first is the tafseer of Abul Ala Maududi, the second is of Ibn Kathir. Ala-Maududi 459 Believers! Obey Allah and obey the Messenger, and those from among you who are invested with authority; and then if you were to dispute among yourselves about anything refer it to Allah and the Messenger[89] if you indeed believe in Allah and the Last Day; that is better and more commendable in the end.[90] 89. This verse is the cornerstone of the entire religious, social and political structure of Islam, and the very first clause of the constitution of an Islamic state. It lays down the following principles as permanent guidelines 1 In the Islamic order of life, God alone is the focus of loyalty and obedience. A Muslim is the servant of God before anything else, and obedience and loyalty to God constitute the centre and axis of both the individual and collective life of a Muslim. Other claims to loyalty and obedience are acceptable only insofar as they remain secondary and subservient, and do not compete with those owed to God. All loyalties which may tend to challenge the primacy of man’s loyalty to God must be rejected. This has been expressed by the Prophet peace be on him in the following words There may be no obedience to any creature in disobedience to the Creator.’ Muslim, Iman’, 37; Ahmad b. Hanbal, Musnad, vol. 3, p. 472 – Ed. 2 Another basic principle of the Islamic order of life is obedience to the Prophet peace be on him. No Prophet, of course, is entitled to obedience in his own right. Obedience to Prophets, however, is the only practical way of obeying God, since they are the only authentic means by which He communicates His injunctions and ordinances to men. Hence, we can obey God only if we obey a Prophet. Independent obedience to God is not acceptable, and to turn one’s back on the Prophets amounts to rebellion against God. The following tradition from the Prophet peace be on him explains this Whoever obeyed me, indeed obeyed God; and whoever disobeyed me, indeed disobeyed God.’ Bukhari, Jihad’, 109; I’tisam’, 2; Muslim, Amarah’, 32, 33; Nasa’i, Bay’ah’, 27; etc. – Ed. We shall see this explained in more detail a little further on in the Qur’an. 3 In the Islamic order of life Muslims are further required to obey fellow Muslims in authority. This obedience follows, and is subordinate to, obedience to God and the Prophet peace be on him. Those invested with authority ulu al-amr include all those entrusted with directing Muslims in matters of common concern. Hence, persons invested with authority’ include the intellectual and political leaders of the community, as well as administrative officials, judges of the courts, tribal chiefs and regional representatives. In all these capacities, those invested with authority’ are entitled to obedience, and it is improper for Muslims to cause dislocation in their collective life by engaging in strife and conflict with them. This obedience is contingent, however, on two conditions first, that these men should be believers; and second, that they should themselves be obedient to God and the Prophet peace be on him. These two conditions are not only clearly mentioned in this verse they have also been elucidated at length by the Prophet peace be on him and can be found in the Hadith. Let us consider, for example, the following traditions A Muslim is obliged to heed and to obey an order whether he likes it or not, as long as he is not ordered to carry out an act of disobedience to God ma’siyah. When ordered to carry out an act of disobedience-to God he need neither heed nor obey. There is no obedience in sin; obedience is only in what is good ma’ruf. For these traditions see Bukhari, Ahkam’, 4; Jihad’, 108; Muslim, Amarah’, 39; Tirmidhi, Jihad’, 29; Ibn Majah, Jihad’, 40; Ahmad b. Hanbal, Musnad, vol. 2, pp. 17 and 142 – Ed. There will be rulers over you, some of whose actions you will consider good and others abominable. Who even disapproves of their abominable acts will be acquitted of all blame, and whoever resents them he too will remain secure from all blame; not so one who approves and follows them in their abominable acts. They the Companions asked Should we not fight against them?’ The Prophet peace be on him said No, not as long as they continue to pray.’ See Bukhari, Jihad’, 108 – Ed. This means that their abandonment of Prayer will be a clear sign of their having forsaken obedience to God and the Prophet peace be on him. Thereafter it becomes proper to fight against them. In another tradition the Prophet peace be on him says Your worst leaders are those whom you hate and who hate you; whom you curse and who curse you. We asked O Messenger of God! Should we not rise against them?’ The Prophet peace be on him said No, not as long as they establish Prayer among you not as long as they establish Prayer among you.’ See Muslim, Amarah’, 65, 66; Tirmidhi, Fitan’, 77; Darimi, Riqaq, 78; Ahmad b. Hanbal, Musnad, vol. 6, pp. 24, 28 – Ed. In this tradition the position is further clarified. The earlier tradition could have created the impression that it was not permissible to revolt against rulers as long as they observed their Prayers privately. But the latter tradition makes it clear that what is really meant by praying’ is the establishment of the system of congregational Prayers in the collective life of Muslims. This means that it is by no means sufficient that the rulers merely continue observing their Prayers it is also necessary that the system run by them should at least be concerned with the establishment of Prayer. This concern with Prayer is a definite indication that a government is essentially an Islamic one. But if no concern for establishing Prayer is noticed, it shows that the government has drifted far away from Islam making it permissible to overthrow it. The same principle is also enunciated by the Prophet peace be on him in another tradition, in which the narrator says The Prophet peace be on him also made us pledge not to rise against our rulers unless we see them involved in open disbelief, so that we have definite evidence against them to lay before God’ Bukhari and Muslim. 4 In an Islamic order the injunctions of God and the way of the Prophet peace be on him constitute the basic law and paramount authority in all matters. Whenever there is any dispute among Muslims or between the rulers and the ruled the matter should be referred to the Qur’an and the Sunnah, and all concerned should accept with sincerity whatever judgement results. In fact, willingness to take the Book of God and the Sunnah of His Messenger as the common point of reference, and to treat the judgement of the Qur’an and the Sunnah as the last word on all matters, is a central characteristic which distinguishes an Islamic system from un-Islamic ones. Some people question the principle that we should refer everything to the Book of God and the Sunnah of the Prophet peace be on him. They wonder how we can possibly do so when there are numerous practical questions involved, for example, rules and regulations relating to municipal administration, the management of railways and postal services and so on which are not treated at all in these sources. This doubt arises, however, from a misapprehension about Islam. The basic difference between a Muslim and a non-Muslim is that whereas the latter feels free to do as he wishes, the basic characteristic of a Muslim is that he always looks to God and to His Prophet for guidance, and where such guidance is available, a Muslim is bound by it. On the other hand, it is also quite important to remember that when no specific guidance is available, a Muslim feels free to exercise his discretion because the silence of the Law indicates that God Himself has deliberately granted man the freedom to make his decision. 90. Since the Qur’an is not merely a legal code, but also seeks to instruct, educate, admonish and exhort, the earlier sentence which enunciates a legal principle is followed by another which explains its underlying purpose and wisdom. Two things are laid down. First, that faithful adherence to the above four principles is a necessary requirement of faith. Anyone who claims to be a Muslim and yet disregards the principles of Islam involves himself in gross self-contradiction. Second, the well-being of Muslims lies in basing their lives on those principles. This alone can keep them on the straight path in this life, and will lead to their salvation in the Next. It is significant that this admonition follows immediately after the section which embodies comments about the moral and religious condition of the Jews. Thus the Muslims were subtly directed to draw a lesson from the depths to which the Jews had sunk, as a result of their deviation from the fundamental principles of true faith just mentioned. Any community that turns its back upon the Book of God and the guidance of His Prophets, that willingly follows rulers and leaders who are heedless of God and His Prophets, and that obeys its religious and political authorities blindly without seeking authority for their actions either in the Book of God or in the practice of the Prophets, will inevitably fall into the same evil and corruption as the Israelites. Ibn-Kathir 59. O you who believe! Obey Allah and obey the Messenger, and those of you who are in authority. If you differ in anything among yourselves, refer it to Allah and His Messenger, if you believe in Allah and in the Last Day. That is better and more suitable for final determination. The Necessity of Obeying the Rulers in Obedience to Allah Al-Bukhari recorded that Ibn `Abbas said that the Ayah, ﴿أَطِيعُواْ اللَّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِى الاٌّمْرِ مِنْكُمْ﴾ Obey Allah and obey the Messenger, and those of you who are in authority. “Was revealed about `Abdullah bin Hudhafah bin Qays bin `Adi, who the Messenger of Allah sent on a military expedition.” This statement was collected by the Group, with the exception of Ibn Majah At-Tirmidhi said, “Hasan, Gharib”. Imam Ahmad recorded that `Ali said, “The Messenger of Allah sent a troop under the command of a man from Al-Ansar. When they left, he became angry with them for some reason and said to them, `Has not the Messenger of Allah commanded you to obey me’ They said, `Yes.’ He said, `Collect some wood,’ and then he started a fire with the wood, saying, `I command you to enter the fire.’ The people almost entered the fire, but a young man among them said, `You only ran away from the Fire to Allah’s Messenger. Therefore, do not rush until you go back to Allah’s Messenger, and if he commands you to enter it, then enter it.’ When they went back to Allah’s Messenger , they told him what had happened, and the Messenger said, لَوْ دَخَلْتُمُوهَا مَا خَرَجْتُمْ مِنْهَا أَبَدًا، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوف» Had you entered it, you would never have departed from it. Obedience is only in righteousness.” This Hadith is recorded in the Two Sahihs. Abu Dawud recorded that `Abdullah bin `Umar said that the Messenger of Allah said, السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَة» The Muslim is required to hear and obey in that which he likes and dislikes, unless he was commanded to sin. When he is commanded with sin, then there is no hearing or obeying. This Hadith is recorded in the Two Sahihs. `Ubadah bin As-Samit said, “We gave our pledge to Allah’s Messenger to hear and obey our leaders, while active and otherwise, in times of ease and times of difficulty, even if we were deprived of our due shares, and to not dispute this matter leadership with its rightful people. The Prophet said, إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا، عِنْدَكُمْ فِيهِ مِنَ اللهِ بُرْهَان» Except when you witness clear Kufr about which you have clear proof from Allah.” This Hadith is recorded in the Two Sahihs. Another Hadith narrated by Anas states that the Messenger of Allah said, اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا، وَإِنْ أُمِّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌحَبَشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَة» Hear and obey your leaders, even if an Ethiopian slave whose head is like a raisin, is made your chief. Al-Bukhari recorded this Hadith. Umm Al-Husayn said that she heard the Messenger of Allah giving a speech during the Farewell Hajj, in which he said; وَلَوِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌيَقُودُكُمْ بِكِتَابِ اللهِ، اسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا» Even if a slave was appointed over you, and he rules you with Allah’s Book, then listen to him and obey him. Muslim recorded this Hadith. In another narration with Muslim, the Prophet said, عَبْدًا حَبَشِيًّا مَجْدُوعًا» Even if an Ethiopian slave, whose nose was mutilated… In the Two Sahihs, it is recorded that Abu Hurayrah said that the Messenger of Allah said, مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عَصَى أَمِيرِي فَقَدْ عَصَانِي» Whoever obeys me, obeys Allah, and whoever disobeys me, disobeys Allah. Whoever obeys my commander, obeys me, and whoever disobeys my commander, disobeys me. This is why Allah said, ﴿أَطِيعُواْ اللَّهَ﴾ Obey Allah, adhere to His Book, ﴿وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ﴾ and obey the Messenger, adhere to his Sunnah, ﴿وَأُوْلِى الاٌّمْرِ مِنْكُمْ﴾ And those of you who are in authority in the obedience to Allah which they command you, not what constitutes disobedience of Allah, for there is no obedience to anyone in disobedience to Allah, as we mentioned in the authentic Hadith, إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوف» Obedience is only in righteousness. The Necessity of Referring to the Qur’an and Sunnah for Judgment Allah said, ﴿فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ﴾ And if you differ in anything amongst yourselves, refer it to Allah and His Messenger. Mujahid and several others among the Salaf said that the Ayah means, “Refer to the Book of Allah and the Sunnah of His Messenger.” This is a command from Allah that whatever areas the people dispute about, whether major or minor areas of the religion, they are required to refer to the Qur’an and Sunnah for judgment concerning these disputes. In another Ayah, Allah said, ﴿وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِن شَىْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ﴾ And in whatsoever you differ, the decision thereof is with Allah. Therefore, whatever the Book and Sunnah decide and testify to the truth of, then it, is the plain truth. What is beyond truth, save falsehood This is why Allah said, u ﴿إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الاٌّخِرِ﴾ if you believe in Allah and in the Last Day. meaning, refer the disputes and conflicts that arise between you to the Book of Allah and the Sunnah of His Messenger for judgment. Allah’s statement, ﴿إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الاٌّخِرِ﴾ if you believe in Allah and in the Last Day. indicates that those who do not refer to the Book and Sunnah for judgment in their disputes, are not believers in Allah or the Last Day. Allah said, ﴿ذَلِكَ خَيْرٌ﴾ That is better meaning, referring to the Book of Allah and the Sunnah of His Messenger for judgment in various disputes is better, ﴿وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً﴾ and more suitable for final determination. meaning, “Has a better end and destination,” as As-Suddi and several others have stated while Mujahid said, “Carries a better reward.” Quick navigation links
View PKKMB 0000 at University of Brawijaya. Berikut ini Surat An Nisa Ayat 59 dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia: ون بِالل َُ ِه َ ُ تُ ْؤ ِمن َوأ َ
Setelah sebelumnya kita telah membahas tentang surat At Talaq ayat 1 beserta tajwid dan penjelasannya,sekarang kita akan membahas tajwid surat An Nisa ayat 59 lengkap beserta penjelasannya. Surat An Nisa Ayat 59 Pada surat An Nisa ayat 59 ini memiliki kandungan yaitu meminta manusia untuk taat kepada perintah Allah SWT juga rasul-Nya yaitu Nabi Muhammad SAW dan meminta manusia agar taat terhadap Ulil Amri. Kata ulil amri sendiri berasal dari kata umara, ahlul ilmi wal fiqh mereka yang memiliki ilmu dan berpengetahuan tinggi akan fiqh. Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Itulah yang dimaksud dengan ulil amri. Tajwid Surat An Nisa Ayat 59 Surat An Nisa Ayat 59 [ يٰٓاَيُّهَا ] Mad jaiz munfasil karena ada huruf mad yaitu alif bertemu dengan hamzah pada kalimat yang berbeda dibaca panjang 2 setengah alif atau 5 harakat. [الَّذِ] Alif lam syamsiyah atau idghom syamsiyah karena ada alif lam bertemu dengan huruf syamsiyah yaitu lam. [ ذِيْنَ ] Mad thabii karena ada huruf mad yaitu ya sukun sebelumnya ada huruf yang berharokat kasrah dibaca panjang satu alif atau 2 harakat. [ اٰمَنُوْٓا ] Mad badal karena asal katanya adalah [ اَطِيْعُو اٰمَنُوْٓا ] Mad jaiz munfasil karena huruf mad bertemu dengan hamzah pada kalimat yang berbeda dibaca panjang 5 harakat. [ اَطِيْعُو ] Mad thabii karena ada huruf mad yaitu ya sukun sebelumnya ada huruf yang berharokat kasrah dibaca panjang satu alif atau dua harakat. [ اللّٰهَ ] Lam jalalah tahfhim karena ada lafadz Allah sebelumnya ada huruf yang berharokat dhomah maka lafadz Allah tersebut dibaca tafhim atau tebal. [ وَاَطِيْعُو ] Mad thabii karena ada huruf mad yaitu ya sukun sebelumnya ada huruf yang berharokat kasrah dibaca panjang satu alif atau dua harakat. [ الرَّسُوْلَ ] Alif lam syamsiyah atau idghom syamsiyah karena ada alif lam bertemu dengan huruf syamsiyah yaitu ro. [ الرَّسُوْلَ ] Mad thabii karena ada huruf mad yaitu wawu sukun sebelumnya ada huruf yang berharokat dhomah dibaca panjang satu alif atau dua harakat. [ الْاَمْرِ ] Alif lam qomariyah atau idhar qomariyah karena ada alif lam bertemu dengan huruf qomariyah yaitu hamzah maka lam nya dibaca jelas. [ الْاَمْرِ ] Idhar syafawi karena ada mim mati bertemu dengan huruf idhar syafawi yaitu ro,mim sukunya dibaca jelas tidak memantul dan tidak mendengung. [ مِنْكُمْ ] Ikhfa karena ada nun sukun bertemu dengan huruf ikhfa yaitu kaf maka nun sukun tersebut dibaca samar menyerupai pengucapan “ng”. [ كُمْ فَاِنْ ] Idhar syafawi karena ada mim sukun bertemu dengan huruf idhar syafawi yaitu fa maka mim sukunnya dibaca jelas tidak berdengung dan tidak samar. [ فَاِنْ تَنَا ] Ikhfa karena ada nun sukun bertemu dengan huruf ikhfa yaitu ta maka nun matinya dibaca samar tidak dibaca jelas. [ تَنَا ] Mad thabii karena ada huruf mad yaitu alif bertemu sebelumnya ada huruf yang berharokat fathah dibaca panjang satu alif atau dua harakat. [ عْتُمْ فِيْ ] Idhar syafawi karena ada mim sukun bertemu dengan huruf idhar syafawi yaitu fa maka mim sukun nya dibaca jelas tidak sama dan tidak berdengung. [ فِيْ ] Mad thabii karena ada huruf mad yaitu ya sukun sebelumnya ada huruf yang berharokat kasrah dibaca panjang satu alif atau dua harakat. [شَيْ] Huruf lin atau harfu lin karena ada ya sukun sebelumnya ada huruf berharokat fathah dibaca “Syai” bukan “Syae”. [شَيْءٍ فَرُ] Ikhfa karena ada nun sukun bertemu dengan huruf ikhfa yaitu fa maka nun matinya dibaca samar tidak dibaca jelas. [ فَرُدُّوْ ] Mad thabii karena ada huruf mad yaitu wawu sukun sebelumnya ada huruf yang berharokat dhomah dibaca panjang satu alif atau dua harakat. [ اللّٰهِ ] Lam jalalah tahfhim karena ada lafadz Allah sebelumnya ada huruf yang berharokat fathah maka lafadz Allah tersebut dibaca tafhim atau tebal. [ وَالرَّسُوْلِ ] Alif lam syamsiyah atau idghom syamsiyah karena ada alif lam bertemu dengan huruf syamsiyah yaitu ro. [ وَالرَّسُوْلِ ] Mad thabii karena ada huruf mad yaitu wawu sukun sebelumnya ada huruf yang berharokat dhomah dibaca panjang satu alif atau dua harakat. [ اِنْ كُنْتُمْ ] Ikhfa karena ada nun sukun bertemu dengan huruf ikhfa yaitu kaf maka nun sukun tersebut dibaca samar menyerupai pengucapan “ng”. [ كُنْتُمْ ] Ikhfa karena ada nun sukun bertemu dengan huruf ikhfa yaitu ta maka nun sukun tersebut dibaca samar menyerupai pengucapan “ng”. [ كُنْتُمْ تُؤْ ] Idhar syafawi karena ada mim sukun bertemu dengan huruf idhar syafawi yaitu ta maka mim sukun nya dibaca jelas tidak sama dan tidak berdengung. [ مِنُوْنَ ] Mad thabii karena ada huruf mad yaitu wawu sukun sebelumnya ada huruf yang berharokat dhomah dibaca panjang satu alif atau dua harakat. [ بِاللّٰهِ ] Lam jalalah tarqiq karena ada lafadz Allah sebelumnya ada huruf yang berharokat kasrah maka lafadz Allah tersebut dibaca tarqiq atau tipis. [ وَالْيَوْمِ ] Alif lam qomariyah atau idhar qomariyah karena ada alif lam bertemu dengan huruf qomariyah yaitu ya maka lam sukunnya dibaca jelas. [ وَالْيَوْمِ ] Huruf lin atau harfu lin karena ada wawu sukun sebelumnya ada huruf berharokat fathah dibaca “Yau” bukan “Yao”. [ الْاٰ ] Alif lam qomariyah atau idhar qomariyah karena ada alif lam bertemu dengan huruf qomariyah yaitu hamzah maka lam nya dibaca jelas dan Mad thabii karena ada alif mad sebelumnya ada huruf berharakat fathah. [ ذٰ ] Mad thabii karena ada alif mad sebelumnya ada huruf yang berharakat fathah. [ خَيْرٌ ] Huruf lin atau harfu lin karena ada ya sukun sebelumnya ada huruf berharokat fathah dibaca “Khoi” bukan “Khoe”. [ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ ] Idghom maal gunnah karena tanwin dhomah bertemu dengan huruf idghom maal gunnah yaitu wawu maka tanwin dhomahnya dimasukan ke huruf wawu. [ أْوِيْلًا ] Mad thabii karena ada huruf mad yaitu ya sukun sebelumnya ada huruf yang berharakat kasrah dibaca panjang dua alif atau satu harakat. [ أْوِيْلًا ] Mad iwad karena tanwin fathah berada pada posis waqaf maka diabacanya “Laa” bukan “Lan” dibaca panjang satu alif atau dua harakat. Demikian penjelesan tajwid surat An Nisa ayat 59,semoga bisa bermanfaat bagi kita terus belajar untuk memperbaikin bacaan Al Quran maaf jika ada kesalah,karena kesalahan itu murni dari penulis. Jika menemukan kesalahan dalam segi materi atau penulisan mohon segera hubungi kami via email admin ataupun bisa dengan memberi komentar di bawah. Terimakasih Wallahua’alam.
Suratan nisa ayat 59, al maidah ayat 48 dan at taubah ayat 105 dalam materi kelas xi termasuk aspek al quran. Penjelasan dan Pembahasan Jawaban a. fiqih menurut saya ini salah, karena sudah menyimpang jauh dari apa yang ditanyakan.
Jakarta - Surah An Nisa adalah surah yang ke-3 di dalam Al Quran dengan jumlah ayat hingga mencapai 176 ayat. Sebab itulah surah An Nisa masuk dalam surah-surah panjang Al ini dinamai dengan An Nisa sebab isinya banyak mengandung hukum fikih yang berkaitan dengan wanita. Kata An Nisa sendiri mengandung arti wanita dalam bahasa Arab. Namun, tidak hanya perihal fikih wanita, ada hal lain juga yang disinggung dalam surah An Nisa ayat 59. Bacaan surah An Nisa ayat 59 beserta dengan artinyaيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًاBacaan latin Yā ayyuhallażīna āmanū aṭī'ullāha wa aṭī'ur-rasụla wa ulil-amri mingkum, fa in tanāza'tum fī syai`in fa ruddụhu ilallāhi war-rasụli ing kuntum tu`minụna billāhi wal-yaumil-ākhir, żālika khairuw wa aḥsanu ta`wīlāArtinya "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul Muhammad, dan Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Al-Qur'an dan Rasul sunnahnya, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya." QS. An Nisa 59Berdasarkan terjemahan di atas, Kementerian Agama Kemenag menafsirkan ayat ini berisi soal ketaatan dalam ketetapan hukum yang adil. Artinya ayat ini memerintahkan umat muslim agar menaati putusan hukum secara hirarkis agar tercipta kemaslahatan hierarkis, penetapan hukum yang perlu ditaati oleh umat muslim menurut Surah An Nisa ayat 59 di antaranya adalah sebagai berikut1. Perintah Allah dengan mengamalkan isi Al Quran, melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. Bahkan sekalipun ketetapan itu dirasa berat dan tidak sesuai dengan keinginan pribadi. Sebenarnya segala yang diperintahkan Allah itu mengandung maslahat dan apa yang dilarang-Nya mengandung mudarat;2. Ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah SAW pembawa amanat dari Allah untuk dilaksanakan oleh segenap hamba-Nya. Sebab, Rasul ditugaskan Allah untuk menjelaskan isi Al Quran kepada manusia;3. Ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil amri. Ulil amri artinya orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka. Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka umat muslim berkewajiban dengan catatan bahwa keputusan mereka tidak bertentangan dengan Al Quran dan Bila terjadi perbedaan pendapat dan tidak tercapai kata sepakat, maka wajib dikembalikan kepada Al Quran dan hadis. Bila masih belum menemukan titik temu, sebaiknya disesuaikan dengan dikiaskan kepada hal-hal yang memiliki kemiripan dengan Al Quran dan sunah Rasulullah isi kandungan dari surah An Nisa ayat 59. Semoga sahabat hikmah bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari ya! erd/erd
Yuk lihat quran surah an-nisa ayat 146 beserta artinya. Ayat tersebut atara lain. Situs mudah dibaca cepat dibuka hemat kuota. Surat an nisa ayat 59. Tulis q s an nisa ayat 146 beserta artinya brainly co id. hukum tajwid surat an nisa ayat 146 lengkap dengan penjelasan dan kandungan nada 313. tajwid surat an nisa ayat 146 masrozak dot Lihat juga
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini! Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Hai orang-orang beriman! Taatlah kamu kepada Allah dan kepada rasul-Nya serta pemegang-pemegang urusan artinya para penguasa di antaramu yakni jika mereka menyuruhmu agar menaati Allah dan Rasul-Nya. Dan jika kamu berbeda pendapat atau bertikai paham tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah maksudnya kepada kitab-Nya dan kepada Rasul sunah-sunahnya; artinya selidikilah hal itu pada keduanya yakni jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Demikian itu artinya mengembalikan pada keduanya lebih baik bagi kamu daripada bertikai paham dan mengandalkan pendapat manusia dan merupakan rujukan yang sebaik-baiknya. Ayat berikut ini turun tatkala terjadi sengketa di antara seorang Yahudi dengan seorang munafik. Orang munafik ini meminta kepada Kaab bin Asyraf agar menjadi hakim di antara mereka sedangkan Yahudi meminta kepada Nabi saw. lalu kedua orang yang bersengketa itu pun datang kepada Nabi saw. yang memberikan kemenangan kepada orang Yahudi. Orang munafik itu tidak rela menerimanya lalu mereka mendatangi Umar dan si Yahudi pun menceritakan persoalannya. Kata Umar kepada si munafik, "Benarkah demikian?" "Benar," jawabnya. Maka orang itu pun dibunuh oleh Umar. Wahai orang-orang yang beriman kepada ajaran yang dibawa Muhammad, taatilah Allah, rasul-rasul- Nya dan penguasa umat Islam yang mengurus urusan kalian dengan menegakkan kebenaran, keadilan dan melaksanakan syariat. Jika terjadi perselisihan di antara kalian, kembalikanlah kepada al-Qur'ân dan sunnah Rasul-Nya agar kalian mengetahui hukumnya. Karena, Allah telah menurunkan al-Qur'ân kepada kalian yang telah dijelaskan oleh Rasul-Nya. Di dalamnya terdapat hukum tentang apa yang kalian perselisihkan. Ini adalah konsekwensi keimanan kalian kepada Allah dan hari kiamat. Al-Qur'ân itu merupakan kebaikan bagi kalian, karena, dengan al-Qur'ân itu, kalian dapat berlaku adil dalam memutuskan perkara-perkara yang kalian perselisihkan. Selain itu, akibat yang akan kalian terima setelah memutuskan perkara dengan al-Qur'ân, adalah yang terbaik, karena mencegah perselisihan yang menjurus kepada pertengkaran dan kesesatan. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir
Bacaanlengkap Surat Yasin ayat 1 sampai 83 dalam bahasa Arab dan Latin keutamaan agar terhindar dari petaka. Dan membuat pekerjaan lancar. Surat Yasin adalah salah satu surat di dalam Al Quran yang familiar bagi kaum muslimin di Indonesia. Hukum Bacaan Tajwid Surat An Nisa Ayat 59 Dilengkapi dengan Cara Membacanya 1 Agustus 2022,
Surat An Nisa ayat 59 adalah ayat tentang ketaatan dan sumber hukum Islam. Berikut ini terjemah per kata dan isi kandungan ayat tersebut. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. QS. An Nisa 59 Baca juga Ayat Kursi Terjemah Per Kata Berikut ini terjemah per kata Surat An Nisa ayat 59 wahaiيَا أَيُّهَاorang-orang yangالَّذِينَmereka berimanآَمَنُواtaatlah kalianأَطِيعُواpada Allahاللَّهَdan taatlah kalianوَأَطِيعُواpada Rasulالرَّسُولَdan ulil amriوَأُولِي الْأَمْرِdi antara kalianمِنْكُمْ maka jikaفَإِنْkalian berselisihتَنَازَعْتُمْdalam, tentangفِيsesuatuشَيْءٍmaka kembalikan iaفَرُدُّوهُkepadaإِلَىAllahاللَّهِdan Rasulوَالرَّسُولِjikaإِنْkalian adalahكُنْتُمْkalian berimanتُؤْمِنُونَkepada Allahبِاللَّهِdan hariوَالْيَوْمِakhirالْآَخِرِdemikian ituذَلِكَlebih baik, utamaخَيْرٌdan sebaik-baikوَأَحْسَنُkesudahan, akibatnyaتَأْوِيلًا Baca juga Surat At Taubah Ayat 105 Terjemah Per Kata Isi Kandungan Surat An Nisa Ayat 59 Berikut ini isi kandungan surat An Nisa Ayat 59 yang kami sarikan dari sejumlah tafsir. Yakni Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al Munir, Fi Zilalil Quran, dan Tafsir Al Azhar. Isi kandungan ini juga telah dimuat di WebMuslimah dalam judul Isi Kandungan Surat An Nisa Ayat 59. 1. Orang-orang yang beriman wajib taat kepada Allah dan Rasulullah secara mutlak. Yakni mengamalkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. 2. Wajib taat kepada ulil amri selama tidak bertentangan dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika ulil amri memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah atau untuk bermaksiat kepada Allah, maka tidak ada kewajiban taat kepadanya. 3. Al Quran dan hadits adalah sumber hukum Islam. Ketika ada hal-hal yang diperselisihkan, harus dikembalikan kepada keduanya. 4. Menjadikan Al Quran dan hadits sebagai sumber hukum dan mengembalikan kepada penilaian keduanya ketika terjadi perselisihan adalah bukti keimanan. Orang yang tidak mau menjadikan Al Quran dan hadits sebagai hakimnya, keimanannya dipertanyakan. 5. Kembali kepada Al Quran dan hadits akan menghasilkan penyelesaian yang lebih baik dan membawa keberkahan. Demikian terjemah per kata dan isi kandungan Surat At Taubah Ayat 105. Tafsir lebih lengkap bisa dibaca di artikel Surat An Nisa Ayat 59. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Tarbiyah]
ArtiTerjemahan : Bagī lakī-lakī ada hak bagīan darī harta penīnggalan kedua orang tua dan kerabatnya, dan bagī perempuan ada hak bagīan (pula) darī harta penīnggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baīk sedikīt atau banyak menurut bagīan yang telah ditetapkan. QS. An
TafsirSurat An Nisa Ayat 59 (Tafsir Kemenag/Kementrian Agama) Maka di antara mereka yang diberi ilmu itu ada yang beriman kepadanya, yakni Nabi Muhammad dan risalahnya serta mengamalkan syariatnya, dan ada pula yang menolak ajarannya serta menghalangi orang lain beriman kepadanya.Cukuplah bagi mereka yang menolak dan menghalangi itu kelak pada hari
05G3. nfp6vcvw2x.pages.dev/310nfp6vcvw2x.pages.dev/248nfp6vcvw2x.pages.dev/193nfp6vcvw2x.pages.dev/180nfp6vcvw2x.pages.dev/98nfp6vcvw2x.pages.dev/345nfp6vcvw2x.pages.dev/383nfp6vcvw2x.pages.dev/205
arti perkata quran surat an nisa ayat 59